Sabtu, 10 Maret 2012

Sabar

Hari demi hari,
Detik demi detik terlewati
Menjalani semua
Dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

Walaupun terkadang
Ada hal yang ‘tak enak
Yang ‘tak sejalan
Dengan keinginan hati

Namun, bagaimanapun . . . . ?
Harus di jalani keadaan seperti ini
Karena itu bagian dari kehidupan
Cobaan dan ujian sang pencipta





Dengan penuh kesabaran
Kita bisa mencapai kesuksesan
Dengan penuh keikhlasan
Kita bisa menuju kebahagiaan

Kebahagiaan yang haqiqi
Dimana segalanya tersedia
Alam yang lebih indah dari yang terindah
Yang ‘tak bisa di capai begitu saja

Tentang Seseornag


Dalam kerasnya kehidupan, satukan asa tuk temui kepastian
Menatap . . . menatap menembus awan, menyusuri kalbu alam pikiran
Seakan memaksa tuk membuka kembali ingatan panjang
Ingatan . . . ?
Yah, ingatan panjang tentang seorang yang sedang berlari
Berlari menuju cahaya yang telah sekian lama menghilang di tengah gelapnya kehidupan
Sang waktupun membisu, alampun ikut terdiam
Ketika . . .
Ketika cahaya yang muncul setelah sekian lama menghilang kembali padam
Kosong . . . Kalut . . . terus menghantui gejolak pikiran
Kegontalan menyelimuti seakan tak percaya berjalan tanpa cahaya harapan
Langitpun tersenyum, sang anginpun menyapa
Ketika . . . Ketika dia memandang cahaya di kejauhan
Cahaya . . . ?
Apakah itu benar-benar sepercik sinar harapan
Yah, itu cahaya . . . cahaya harapan yang kembali datang
Apakah cahaya itu kembali padam . . . ?
Hening . . . Sunyi . . . sepi seiring berlalunya angin

Terlintas suara pertanyaan :
“Wahai para pujangga kehidupan apakah arti dari semua ini ?”

Uwais al_Qarny

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru,
rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan,
kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada
tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli
membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut
yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan,
tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan
tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti
ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru
dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata
Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah
dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan
karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang
dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan
menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai
macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya,
memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik,
karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya
seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari
mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari
mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili
kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya
penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya
sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang
diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama
Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya
yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh
dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan
puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar
seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk
menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati
Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya
kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke
Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.
Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan
cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru
datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan
kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.
Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk
bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang
cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu
yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera
dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini
akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu
hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada
beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan
musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk
bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya
dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah
beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat
membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya
selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi
hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi
menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa
terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan
Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di
rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa
menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan
kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju
Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir,
bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan
begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras
baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni
di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu
rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah
r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi
yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di
rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang
perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada
di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan
Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan
masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan
sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas
pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah
mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa
dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada
sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya
menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan
perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang
kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa
Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni
langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda
Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun.
Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang
mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan
ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai
tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau
SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan
bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah
do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni
bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga
kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan
Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda
Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak
itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya
yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan
kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju
kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman,
segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan
menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan
bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di
perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi
menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya
Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais
menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu
berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk
membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais,
sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar !
Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,
siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban
itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah,
yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais
kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan
mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah
sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat
itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan
mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:
“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan
Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan
istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni
akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang
negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera
saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya
hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,
biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar
beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh
Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus
dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami
sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin
berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan
selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami
memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di
atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai
waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu
kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah,
tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang
terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan
dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah !
“katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal
dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal
satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami
lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,
sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu
orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban
asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah
nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di
kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim
oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”
tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat
di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam,
tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya
dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan
seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang
tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah
pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan
tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan
ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika
orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan
dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan
untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,
“ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari
mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat
penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah
tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah
orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa
pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya
orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan
orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan
ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais
al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang
tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba
dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan
penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah
kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya
mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk
mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman
mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi
tapi terkenal di langit.

Beauty and The Beast

Once upon a time, there was a beautiful girl named beauty. She lived with her two sisters and her father in a small village. She was also hard working girl. She always helped her father in the farm.
Once day her father set out for the city. He saw an old castle. He
become curious know who lived inside and he went in while he was around the castle, he met nobody inside. Knowing that there was none inside, he ate the food on the table and picked a rose in the garden, for beauty. Then an angry beast appeared and wanted to kill him unless he brought beauty to him.
After reaching his home, beauty’s father told her the truth. Beauty loved her father very much, so she didn’t refuse what her father asked. She went to the beast castle and lived that only with the beast. Her gloomy life had began since then. She often tried to run away but the beast always successfully stopped her.
The beast loved beauty very much. Because of his treatment beauty began to like him, too.
One day, when beauty visiting her father in the village because of his illness, she had a dream. She saw the beast was dying. She suddenly came back to the beast castle. Seeing the “dying beast” she began to cry. When her tear was falling on the beast, he became a handsome prince. Beauty and the beast got marred and lived happily ever after.

The Lion and The Goat

It was a summer day. It was a very hot day. Everybody was suffering the heat. Everybody was very thirsty. But it’s hard to find water. The river and the spring were dry.
A tired lion was walking weakly. He walked everywhere to find water. “If can not water soon, I’m going to die,” the lion thought.
Not far from the lion, there was a goat. He was thirsty too. As they came to a small fountain. How happy they were.
“Hey, stay away from my fountain !” snapped the lion.
“Your fountain ? It’s mine !” the goat snapped back.
“I got here first !” said the lion.
“No ! It’s who got here first,” replied the goat.
They began to fight over the fountain.
Finally they got tired to fight. So, they took a rest. When, they look up, they saw a flock of vultures above them. Vultures ate dead bodies.
“Hey, do you see the vultures ?” asked the lion.
“Yes, I think they are waiting to see who is going to die. What do you think ?” said the goat.
“Let’s stop this fight. We’d better make an enemy,” replied the goat.
Then they drank from the same fountain.

Kata - Kata Bijak

  • Rajin pangkal pandai.
  • Bersih itu indah.
  • Hemat pangkal kaya.
  • Tiada rotan akarpun berguna.
  • Kegagalan @ keberhasilan yanbg tertunda.
  • Buku @ gudangnya ilmu, membaca @ kuncinya.
  • Buku @ guru yang palng sabar dan tak pernah marah.
  • Warisan yang paling berharga @ Pendidikan.
  • Kekayaan yang paling berharga @ ilmu.
  • Kemiskinan yang paling menyedihkan @ kebodohan.
  • Kesombongan akan berubah kehinaan.
  • Kerendahan hati akan berubah kemuliaan.
  • Kelalaian akan mengakibatkan kerugian.
  • Tanamlah pohon kebaikan, pasti akan berbuah kebaikan pula.
  • Keberanian @ obat mujarab untuk menyingkirkan rasa takut.
  • Kebahagiaan akan mengundang kecemburuan.
  • Menghargai waktu sama artinya menghargai umur.
  • Kecurangan tidak akan mendatangkan apa-apa.
  • Menghormati sesama @ tangga untuk menjadi manusia terhormat.
  • Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir diatas batu, Belajar di waktu tua bagaikan mengukir diatas batu.
  • Kehilangan penglihatan mata @ lebih ringan dari pada kehilangan mata hati.
  • Mata hati mampu melihat yang baik & buruk walaupun tersembunyi.
  • Ketiadaan sesuatu pada diri kita, belum tentu merupakan kekurangan kita bahkan mungkin itulah kelebihan kita.
  • Jangan kita menyia-nyiakan waktu dan menyesali masa lampau / mengeluh tentang perubahan-perubahan yang mengganggu kenyamanan kita, sebab perubahan @ inti dari kehidupan.
  • Jangan tekut kalau cuma berkembang perlahan, tetapi takutlah kalau kita cuma diam saja.
  • Kerakusan telah membunuh lebih banyak orang dari pada pedang.

Kerajaan di Indonesia

1. Kutai, Kalimantan Timur tahun 400 M (Kerajaan Hindu)
Raja I : Kudungga
Raja yg terakhir : Mulawarman
2. Tarumanegara, Jawa Barat tahun 500 M (Kerajaan Hindu)
Raja yg terkenal : Purnawarman
3. Kalingga, Jepara (Jateng) tahun 640 M (Kerajaan Hindu)
Raja I : Ratu Shima
4. Mataram Hindu (Jateng) tahun 732 M (Kerajaan Hindu)
Raja I : Sanjaya
Raja yg terkenal : Balitung
5. Sriwijaya, Palembang abad VII (Kerajaan Budha)
Raja I : Sri Jaya Naga
Raja yg terkenal : Bala Putra Dewa
6. Medang, Jatim abad IX (Kerajaan Hindu)
Raja yg terkenal : Empu Sendok
7. Kahuripan, Jatim tahun 1073 (Kerajaan Hindu)
Raja yg terkenal : Airlangga
8. Kediri, tepi Sungai Brantas, Jatim abad XII (Kerajaan Hindu)

Raja I : Jaya Warsa
Raja yg terkenal : Jaya Baya

9. Singasari, Jatim tahun 1222-1292
Raja I : Sri Rajasa (Ken Arok)
Raja yg terkenal : Kartanegara (Joko Doblok)
10. Majapahit, Delta Brantas, tahun 1293-1620 (Kerajaan Hindu)
Raja I : R. Wijaya
Raja yg terkenal : Hayam Wuruk
Raja terakhir : Brawijaya (Kertabumi)
Patih yg terkenal : Gajah Mada
11. Pajajaran, Priangan Timur (Jabar) tahun 1333 (Kerajaan Hindu)
Raja I : Sri Paduka Maharaja
Raja yg terakhir : Prabu Sedah
12. Demak, Jateng tahun 1513-1546 (Kerajaan Islam)
Raja I : R. Patah (Sultan Buwono)
Raja yg terakhir : Sultan Trenggono
13. Pajang, sebelah barat Surakarta tahun 1568-1586 (Kerajaan Islam)
Raja I : Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya)
Raja yg terkenal : Arto Pangiri
14. Mataram Islam, Kota Gede (Yogyakarta) abad XVI (Kerajaan Islam)
Raja I : Sultan Wijoyo (Panembahan Senopati)
Raja yg terkenal : Sultan Agung
15. Banten, Jabar tahun 1556-1580 (Kerajaan Islam)
Raja : Hassanudin
Raja yg terkenal : Sultan Ageng
Raja terakhir : Panembahan Yusuf



Nama-nama Kitab pada masa Kerajaan di Indonesia :
1. Mahabarata (Resi Wiyasa)
2. Bhratayuda (Mpu Sedah & Mpu Panuluh)
3. Ramayana (Mpu Walmiki)
4. Arjuna Wiwaha (Mpu Kanwa)
5. Asmarandana (Mpu Darmaja)
6. Sutasoma (Mpu Tantular)
7. Negara Kartagama (Mpu Prapanca)

Qada & Qadar

# Qada & Qadar
1. Qada
Bahasa : ketentuan.
adalah keputusan / ketetapan Allah swt terhadap semua makhluknya atas segala sesuatu yang terjadi di dunia / akhirat kelak.
2. Qadar
adalah ukuran / kemampuan yang di berikan Allah kepada makhluknya sebagai dasar pijakan / pegangan apa yang terjadi di alam ini.

# Macam-macam Ibadah yang di perintahkan Allah, antara lain :
- Do’a
- Khauf (takut)
- Raja’ (pengharapan)
- Tawwakal (berserah diri)
- Raghbah (penuh minat)
- Rahbah (cemas)
- Khusyu’ (tunduk)
- Nadzar
- Khasy-yah (takut)
- Inabah (kembali kepada Allah)
- Isti’anah (memohon pertolongan)
- Isti’adzah (meminta perlindungan)
- Dzabh (penyembelihan)
- Istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan/diselamatkan)

# 5 program bidang-bidang kegiatan yang di rumuskan para ulama :
1. Hifzuddin
@ pemeliharaan dan pembinaan kehidupan keagamaan serta ketertiban kehidupan sosial.
2. Hifzunapsi
@ pemeliharaan keselamatan jiwa dan pembinaan nilai-nilai kejiwaan.
3. Hifzul aql
@ pemeliharaan kesehatan akal dan peningkatan kecerdasan umat.
4. Hifzun nasl
@ pembinaan generasi.
5. Hifzul mal
@ pembinaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi.



# 4 masalah yang wajib di teladani umat, yaitu :
1. Ilmu -> mengenal Allah, Nabi-Nya & Agama Islam berdasarkan dalil-dalilnya.
2. Amal -> menerapkan Ilmu.
3. Da’wah -> mengajak orang lain kepada Ilmu.
4. Sabar -> tabah & tanggu menghadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkan & berda’wah kepadanya.

# 3 Perkara yang wajib di pelajari & diamalkan :
1. Allah-lah yang menciptakan & memberi rizki kepada kita.
2. Allah tidak rela, jikadalam ibadah yang di tujukan kepada-Nya di persekutukan dengan sesuatu apapun.
3. Barang siapa yang menaati Rasulullah serta mentauhidkan Allah,, tidak boleh bersahabat dengan orang-orang yang memusuhi Allah & Rasul-Nya.

# 3 landasan utama yang wajib diketahui manusia
1. Mengenal Tuhan Allah ‘Azza wa Jalla.
2. Mengenal Agama Islam.
3. Mengenal Nabi Muhammad saw.



* 3. tingkatan dalam Agama Islam :
I. Tingkatan Islam
Adapun tingkatan Islam rukunnya ada 5 :
1). Syahadat (pengakuan dengan hati & lisan)
2). Mendirikan shalat
3). Mengeluarkan zakat
4). Shiyam pada bulan Ramadhan
5). Haji ke Baitullah Al-Harram
Ket. Dalil-dalilnya ;
1. Dalil syahadat (Qs. Al-Imran ; 18)
2. Dalil shalat & zakat serta tafsiran tauhid (Qs. Al-Baqarah ; 5)
3. Dalil shiyam (Qs. Al-Baqarah ; 183)
4. Dalil Haji (Qs. Al-Imran ; 97)

II. Tingkatan Iman
Cabang iman lebih dari 70 cabang, yang paling tinggi adalah syahadat.
yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.
Sifat malu adalah salah satu dari cabang iman.


Rukun iman ada 6 :  *(dalil Qs. Al-Baqarah : 177)
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada para malaikat-Nya
3. Iman kepada kitab0kitab-Nya
4. Iman kepada para Nabi & Rasul-Nya
5. Iman kepada hari akhir
6. Iman kepada Qada & Qadar (yang baik maupunyang buruk)

III. Tingkatan Ihsan
Rukunnya hanya satu, yaitu :

ان تعبدالله كانك تراه,فان لم تكن قراه فانه يراك
“Beribadahlah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihatnya, jika kamu tidak melihatnya Dia melihatmu”
# Tokoh-tokoh Thagut ada 5 :
1. Iblis, yang telah dilaknat oleh Allah.
2. Orang yang disembah, sedang dia sendiri rela.
3. Orang yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya.
4. Orang yang mengaku tahu sesuatu yang ghaib.
5. Orang yang memutuskan sesuatu tanpa dasar hukum Allah

Perjanjian Bersejarah

1. Perjanjian Bongaya (1666 M)
@ raja Hassanudin dari Makasar menyerah kpd VOC.
2. Perjanjian Jepara (1676 M)
@ Sultan Amangkurat II Raja Mataram harus menyerahkan pesisir utara Jawa jika VOC menang dalam pemberontakan Trunojoyo.

3. Perjanjian Giyanti (1755 M)
@ Kerajaan Mataram dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Yogyakarta & Surakarta.
4. Perjanjian Salatiga (1575 M)
@ Surakarta dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Kesunanan & Mengkunegara.
5. Perjanjian Kalijati (1942 M)
@ Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang.
6. Perjajian Linggarjati (25 Maret 1947)
@ Belanda mengakui kedaulatan RI atas Sumatra, Jawa & Madura. Belanda & RI bekerjasama untuk membentuk Negara Indonesia Serikat.
7. Perjajian Renvilla (17 Januari 1948)
@ RI mengakui daerah-daerah yang di duduki Belanda pada agresi I menjadi daerah Belanda.
8. Perjajian Roem Royem (7 Mei 1948)
@ Pemerintahan Indonesia akan di kembalikan di Yogyakarta. Indonesia & Belanda akan segera mengadakan perundingan dalam KMB.
9. Perjanjian KMB [Konferensi Meja Bundar] (23 Agustus 1949)
@ Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat. Irian Barat akan di selesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.
10. Perjanjian New York (15 Agustus 1962)
@ Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB. Akan diadakan penentuan pendapat masyarakat Irian Bartat.
11. Perjanjian Bangkok (11 Agustus 1966)
@ RI menghentikan konfrontasi dengan Malaysia.

Kamis, 08 Maret 2012

Panitia Seminar 2012


Ini merupakan kepanitiaan pertama kami, yang mana panitianya adalah siswa/i kelas satu SMK Darunnajah 14.
Ini adalah Kepanitiaan kami yang pertama, yang dimana panitianya dari kelas satu siswa/i SMK Darunnajah 14. Begitu banyak halangan dan rintangan dalam mensukseskan kegiatan Seminar Entrepreneurship ini.
Tapi kami bangga dengan hasil yang kami dapatkan, ternyata tidak sia-sia apa yang kami lakukan sehingga acara dapat berlangsung dengan lancar dan mendapatkan pujian dari pembimbing dan dari pemateri "Bapak Valentino Dinsi".



Menurut beliau ini merupakan kegiatan yang sangat bagus karena bisa melatih mental anak-anak didiknya untuk menerapkan apa yang dipelajarinya bukan hanya dikelas/materi saja tetapi juga secara prakteknya bisa.